Senin, Januari 27, 2014

ASETAL DEHIDA


TUGAS PRAKTIKUM KIMIA
PEMBUATAN ASETALDEHIDA










Disusun oleh :
Muhamad Mukhibin (2008340035)




FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS SAHID JAKARTA
2014

PENDAHULUAN
Asetaldehide, atau menurut nama sistematisnya etanal, adalah sebuah senyawa organik dari kelompok aldehida, dengan rumus kimia CH3CHO atau MeCHO. Senyawa ini merupakan cairan mudah terbakar  dengan bau buah-buahan. Asetaldehida terdapat dalam buah-buahan dan kopi yang sudah matang, dan roti segar. Senyawa ini dihasilkan oleh tumbuhan  dalam metabolisme normalnya. Asetaldehida juga merupakan zat antara dalam produksi asam asetat, beberapa ester, dan zat-zat kimia lainnya.
Asetaldehid merupakan senyawa organik yang terdiri dari satu gugus alkil dan sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. Aldehida lazim terdapat dalam sistem makhluk hidup. Aldehida memiliki bau yang khas yang dapat membedakannya dengan keton. Umumnya aldehida berbau merangsang dan keton berbau harum.
Salah satu aldehid yang penting adalah asetaldehid. Asetaldehid memiliki titik didih sekitar temperatur kamar (20oC), juga lebih mudah untuk disimpan atau diangkut dalam bentuk trimer atau tetramer siklik. Asetaldehid digunakan sebagai zat antara dalam sintesis asam asetat, anhidrida asetat dan senyawa-senyawa lain dalam industri.
Sintesa aldehid dapat dilakukan beberapa metode, yakni oksidasi alkohol primer dengan KMnO4 + H2O atau K2Cr2O7 + H2O, reduksi asilhalida dengan H2 yang dikenal reaksi Rosenmund, suling kering garam alkanoat dengan garam formiat, adisi CO dan H2 pada alkena, dan cara khusus dengan hidrasi katalitik dari asetilena.
Aldehid merupakan sekian banyak kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil. Aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karboninya. Gugus lain dalam suatu aldehida (R dalam rumus di bawah ini) dapat berupa alkil, aril atau H.
Aldehid lazim terdapat dalam sistem makhluk hidup. Gula ribosa dan hormon betina progesteron merupakan contoh aldehid yang penting secara biologis. Banyak aldehid mempunyai bau yang khas yang membedakannya umumnya aldehid berbau merangsang. Misalnya, transinamaldehida adalah komponen utama minyak kayu manis dan enentiomer-enantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen.
Dalam sistem IUPAC, nama suatu aldehida diturunkan dari nama alkana induknya dengan mengubah huruf akhir –a menjadi –al. tak diperlukan nomor; gugus –CHO selalu memiliki nomor 1 untuk karbonnya.
Aldehid lazim, nama trivialnya untuk digunakan cara luas. Aldehid diberi nama menurut nama asam karboksilat induknya dengan mengubah akhiran asam  –oat atau asam –at menjadi akhiran aldehida.
Asam karboksilat                                                  Aldehida
Asam formiat                                                        Formaldehid
Asam asetat                                                          Asetaldehid
Asam propionat                                                    Propionaldehid
Asam butirat                                                         Butiraldehid
Asam benzoat                                                       Benzaldehid

Salah satu aldehid penting, asetaldehida dengan titik didih sekitar temperatur kamar (20oC), juga lebih mudah untuk disimpan atau diangkut dalam bentuk trimer atau tetramer siklik. Asetaldehida digunakan sebagai zat antara dalam sintesis asam asetat, anhidrida asetat dan senyawa-senyawa lain dalam industri. (Ralp J. Fessenden dan Joan S. Fessenden, 1982).
Aldehida mudah direduksi masing-masing menjadi alkohol primer dan sekunder. Reduksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, umumnya dengan hidrida logam.
Hidrida logam yang paling sering digunakan untuk mereduksi senyawa karbonil ialah lithium alumina hidrida (LiAlH4) dan natrium borohidrida (NaBH4). Ikatan logam-hidrida terpolarisasi, dengan muatan pada logam positif dn muatan pada hidrogen negatif. Dengan demikian, reaksinya melibatkan serangan nukleofilik tak reversibel dari hidrida (H-) pada karbon karbonil. Produk awalnya ialah aluminium alkoksida, yang selanjutnya terhidrolisis oleh air dan asam menghasilkan alkohol. Hasil akhirnya ialah adisi hidrogen pada ikatan rangkap karbon-oksigen.
Karena ikatan rangkap karbon-karbon tidak mudah diserang oleh nukleofilik, hidrida logam dapat digunakan untuk mereduksi ikatan rangkap karbon-oksigen menjadi alkohol padanannya tanpa mereduksi ikatan rangkap karbon-karbon yang terdapat pada senyawa yang sama.
Aldehid jauh lebih mudah dioksidasi dari keton. Oksidasi aldehida menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama. Karena reaksi ini terjadi dengan mudah, banyak zat pengoksidasi seperti KMnO4, CrO3, Ag2O dan perasam dapat digunakan
Ion perak sebagai pengoksidasi memang mahal tetapi dapat secara selektif mengoksidasi aldehida menjadi asam karboksilat meskipun dengan kehadiran alkena.
Uji laboratorium yang membedakan aldehida dari keton didasarkan pada perbedaan kemudahannya dioksidasi. Pada uji cermin perak Tollens, ion kompleks perak-amonia direduksi oleh aldehida (tetapi tidak oleh keton) menjadi perak logam.
Jika bejana kaca tempat melakukan uji benar-benar bersih, perak pengendap sabagai cermin pada permukaan kaca. Reaksi ini juga dilakukan pada kaca perak, dengan menggunakan aldehida yang murah, yaitu formaldehida.
Aldehida begitu mudahnya dioksidasi sehingga sampel yang disimpan biasanya mengandung sedikit asamnya. Kontaminasi ini disebabkan oleh oksidasi udara

RCHO  +  O2 → 2 RCO2H

                                                                         (Harold Hart, 1983).

Destilasi adalah metode pemisahan zat-zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih. Pada proses destilasi sederhana, suatu campuran dapat dipisahkan apabila zat-zat penyusunnya mempunyai perbedaan .titik didih cukup tinggi. Misalnya untuk memisahkan natrium klorida dan air dari larutan garam NaCl, maka pelarut yang mempunyai titik didih rendah dalam hal ini air diuapkan kemudian diembunkan (dikondensasikan) kembali untuk mendapatkan air murni (aquades). Apabila proses ini dilanjutkan, maka semua air akan habis menguap dan terkondensasi sehingga yang tertinggal hanya padatan zat terlarut natrium klorida.
Pada pemisahan campuran dari dua cairan yang menguap atau titik didihnya berdekatan lebih banyak persoalannya, sehingga tidak dapat dilakukan dengan destilasi biasa. Suatu cara yang sering digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik disebut destilasi bertingkat, yaitu proses dalam mana komponen-komponennya secara bertingkat diuapkan dan diembunkan.
Dalam proses ini campuran didihkan pada kisaran suhu tertentu pada tekanan tetap. Uap yang dilepaskan dari dalam cairan tidak murni berasal dari salah satu komponen tetapi masih mengandung komponen dengan komposisi yang biasanya berbeda dengan komposisi cairan yang mendidih. Kenyataan umum yang diperoleh adalah bahwa uap lebih banyak mengandung komponen yang mudah menguap (atsiri).
Bila sebagian cairan yang telah didihkan uapnya diembunkan, maka campuran akan terbagi manjadi dua bagian. Bagian pertama terdiri dari uap yang terembunkan disebut destilat, dan yang mengandung lebih banyak komponen yang atsiri dibandingkan cairan aslinya. Bagian kedua adalah cairan yang tertinggal disebut residu, yang susunannya lebih banyak komponen yang sukar menguap. Bila destilat yang mula-mula diperoleh dipanaskan lagi sampai mendidih, maka uap yang baru akan lebih banyak lagi komponen yang lebih atsiri. Hal ini dapat diulangi lagi beberapa kali sampai akhirnya diperoleh salah satu komponen murni yang mudah menguap.
Destilasi bertingkat dengan proses bertahap (batch) seperti dilakukan diatas agak merepotkan. Pemisahan yang lebih efisien dapat dicapai melalui proses sinambung (kontinyu) yang dapat dilakukan dengan cara cepat dalam suatu kolom fraksionasi. Dalam kolom ini uap diembunkan dan tersuling ulang beberapa kali sebelum meninggalkan kolom sampai akhirnya diperoleh destilat yang murni. Destilasi bertingkat dengan cara ini banyak dipakai dalam industri, misalnya untuk memisahkan minyak mentah ke dalam berbagai komponennya, termasuk bensin, minyak tanah, minyak pelumas dan parafin.
Pada pemisahan campuran yang membentuk larutan non ideal dapat menujukkan prilaku yang lebih rumit. Campuran tersebut tidak dapat dipisahkan secara menyeluruh kedalam komponen-komponennya, karena bila didihkan campuran akan mendidih dengan konstan. Campuran semacam ini disebut azeotrop, yaitu campuran yang mendidih pada suhu konstan dan dengan komposisi yang konstan. Campuran HCl dan air adalah contoh larutan non ideal yang menunjukkan deviasi negatif besar.
Campuran ini memiliki titik didih maksimum yang konstan pada 1 atm dan suhu 108,5oC, dengan komposisi 20,22% HCl. Campuran lain yang mempunyai titik didih konstan adalah etil alkohol dan air. Campuran ini menunjukkan deviasi positif besar dari sifat ideal, sehingga mendidih dengan titik didih minimum 72,8oC pada 1 atm dengan komposisi 95,6% etil alkohol. Untuk mengetahui hubungan antara titik didih dan komposisi uap dapat dibuat diagram titik didih. (Estien Yazid, 2005) 

PROSES PEMBUATAN
Asetaldehid dibuat dengan proses oksidasi alkohol primer yang menggunakan bahan pengoksidasi kalium bikromat yang diasamkan dengan asam sulfat encer.
Proses pertama yaitu menyiapkan alat-alat sintesis. Kemudian mencampurkan 7,5 gram kalium bikromat dengan campuran 30 ml air dan 5,5 ml H2SO4 pekat, dimasukkan ke dalam labu destilasi. Kalium bikromat bertindak sebagai oksidator dengan mengoksidasi ikatan pada alkohol menjadi aldehid. Sedangkan H2SO4 pekat berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi dan memberi suasana asam sehingga kalium bikromat dapat terionkan.
Ke dalamnya ditambahankan batu didih untuk mencegah terjadinya ledakan / bumping pada saat nanti dipanaskan. Kemudian dimasukkan 10 ml etanol 96% sebagai bahan baku pembuatan asetaldehid. Dengan segara , ditutup labu destilasi untuk mencegah terjadinya penguapan bahan baku. Dialirkan pada tabung liebig. Prinsip kerjanya yaitu dengan memisahkan dua atau lebih komponen cairan berdasarkan perbedaan titik didih. Reaksi pembentukan asetaldehid akan berjalan dengan sendirinya , karena reaksi ini bersifat eksoterm. Akan tetapi memerlukan waktu yang lama, sehingga untuk mempercepat reaksi, dilakukan pemanasan.
Pemanasan dilakukan dengan nyala api kecil dan dengan suhu dijaga tidak boleh lebih dari 70 C. Karena apabila suhu lebih dari 70 C maka akan terjadi esterifikasi dimana alkohol dan air naik , dan menghasilkan gugus karboksilat yang kemudian tercampur dalam asetaldehid. Sehingga nanti produk yang dihasilkan tidak murni asetaldehid.
Untuk  membuktikan asetildehide dapat terbentuk dapat menggunakan reaksi identifikasi aldehide
Reaksi Identifikasi Aldehid diantarnya adalah,
1.      Reduksi larutan perak ammoniakal / Reagen Tollens
Pada uji tollens ini dapat digunakan untuk mengidentifikasikan senyawa aldehid yang terkandung dalam sampel. Reagen tollens dibuat dengan cara mereaksikan 2 mL AgNO3 9% dengan 2 ml larutan amoniak dalam NaOH. Dikatakan positif bila dihasilkannya cermin perak (Ag(s)).
2.      Reaksi dengan Reagen Fehling.
Fehling terdiri dari 2 bagian yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartarat. Untuk menguji adanya alehid pada praktikum ini yaitu dengan cara mengambil sedikit destilat ke dalam tabung reaksi, kemudian pereaksi Fehling A dan Fehling B dicampurkan ke dalam larutan tersebut. Dikatakan positif terdapat asetaldehid bila terjadi berubahan warna dari biru menjadi endapan berwarna merah

3.      Pendamaran oleh Alkali
Tujuan dari reaksi pendamaran adalah untuk mengetahui adanya gugus alkil, reaksi ini menggunakan NaOH yang berfungsi sebagai sumber ion OH yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan akan membentuk aldolaldehid. Identifikasi dilakukan dengan destilat dengan beberapa tetes larutan NaOH perbandingan 1 : 1, kemudian dipanaskan. Terbentuk larutan berwarna kuning keruh dan bau dammar menunjukkan bahwa larutan mengandung asetildehide.
4.      Reaksi Warna Schiff
Pereaksi Schiff dapat digunakan untuk memenentukan adanya gugus aldehid. Identifikasi dilakukan dengan mencampurkan destilat dan reagen schiff beberapa tetes dengan perbandingan 1:1. Gugus aldehid ditunjukkan dengan adanya warna ungu apabila direaksikan dengan pereaksi Schiff.
5.      Pembentuka Fenil Hidrazin
Pada identifikasi yang terakhir, dilakukan dengan mencampurkan destilat dengan reagen hidrazin. Uji positif akan ditandai dengan larutan yang berwarna kuning.

 KESIMPULAN 
Kegunaan asetaldehid antara lain:
a. Sebagai bahan baku pembuatan asam asetat.
b.Sebagai bahan baku dalam anhidrida asetat dan esternya, yaitu etil asetat.
c. Aldehid aromatik sering digunakan sebagai penyedap, parfum dan lain sebagainya.
d.      Sebagai bahan untuk kareat atau damar buatan dan zat warna.
Sifat kimia asetaldehid yaitu: larut dalam air, lebih reaktif daripada keton, dapat dideteksi dengan uji Tollens, Benedict dan fehling, dan dapat bersifat sebagai pereduksi. Sedangkan sifat fisis asetaldehid yaitu: merupakan cairan yang baunya sangat enak, mudah menguap dan titik didihnya 20,2oC.
Pembuatan asetaldehid dilakukan dari oksidasi alkohol primer yakni etanol dengan larutan K2Cr2O7  dalam suasana asam dengan menggunakan metode destilasi yang didasarkan pada perbedaan titik didih masing-masing larutannya.

DAFTAR PUSTAKA
  
Fessenden R. J dan J. S Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.
Http://alchemist0308.blogspot.com/2011/11/laporan-organikasetaldehid.html
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi.