Selasa, Juni 26, 2012

Bulan Penuh Pelajaran


Lama ga buka lagi blog gw. Rasanya kangen pengen lagi corat coret ni blogg. Bukannya malas gw buka blog, Cuma waktu aja yang kurang bersahabat. Akhir bulan lalu temen 1 kerjaan mengalami kecelakaan, dan sampai saat ni pun belum bisa berangkat kerja. Awal bulan ada yang re sign, so makin banyak aja ni kerjaan yang harus gw handle. Pulang melewati jam kerja bukan hal yang aneh lagi untuk akhir-akhir ini. Bukannya lembur, tapi mang banyak yang harus diselesaikan. Kadang gw merasa perlu membantu teman menyelesaikan pekerjaanyya, bukannya sok-sokan Bantu yang lainnya, mang kerjaan tu dah bukan porsinya lagi. Gak mungkin kerjaan itu selesai bila dikerjakan oleh 1 orang.
Pertengahan bulan adalah saat dimana pekerjaan banyak. Bukan hanya pekerjaan yang nyata seperti angkat2 berat. Kerjaan laporan pun juga dah numpuk. Bagian lain udah ngejar-ngejar untuk segera selesaikan system. Gw sadar juga misalkan gw lambat ada orang lain yang kena dampaknya. Dengan kata lain gw menghambat kerja yang lainnya. tapi mau diapakan lagi. Gw juga punya prioritas mana yang harus diselesaikan. Semua juga penting, tapi kerja yang nyata yang lebih penting. Asumsinya jika system terhambat setidaknya produksi masih bisa jalan. Hanya system aja yang jalan ditempat, tapi bila yang nyata yang terhambat, bisa2 perusahaan ni libur semua, karena ga ada yang bisa diproduksi. Belum lagi dengan masalah bahan baku yang sering datang terlambat. Ini menjadi masalah klasik juga di tempat gw kerja. Berulangkali bahan baku datang terlambat, sampai produksi pun ikut2an terhambat (sudah pasty).
Bahan baku belum kelar kadang marketing minta barang mendadak, so mau gak mau planning produksi juga ikut berubah. Ini juga berpengaruh dengan terhadap apa yang harus gw kerjakan. Produksi untuk besok harus gw kerjakan hari ini. Dan yang harus gw kerjakan hari ini harus minta bahan bakunya kemarin…. Jadi misalkan ada perubahan planning produksi minimal 2 hari serbelumya. Kenyataanya kadang menjelang sore hari ada kabar planning berubah,,, . sungguh berita yang paling tidak ingin gw dengar. Seperti kemaren gw udah PD banget kebutuhan untuk produksi akan tercukupi. Tapi gak taunya planning berubah tanpa ada pemberitahuan,,, yah bisa ditebak dah gw kelimpungan. Untung masih bisa dapat diraih, dengan sedikit muka cemberut semua dapat teratasi.
Akhir bulan ini nambah 1 orang. Saat ini masih dalam tahap belajar. Semua butuh prosese agar dapat memahami kerjaanya. Semoga dengan tambahan orang ini kerjaan semakin ringan. Memang saat ini dya masih belum bisa dilepas untuk jalan sendiri dalam bekerja. Suatu saat nanti pasti dya juga mahir mengerjakan tugasnya. Tak lama lagi gw bisa leluasa mengatur apa yang harus dikerjakan. Gak perlu lagi pulang melewati jam kerja… semua pasti akan ada sisi positifnya,,…
Apa yang kau dapatkan hari ini adalah hasil kerja kemarin. Dan apa yang kau kerjakan hari ini akan kau petik hasilnya di hari esok. Jangan pernah kau sesalkan apa yang telah kau kerjakan. Sekecil apapun yang kau kerjakan akan ada hikmahnya.  

Jumat, Juni 01, 2012

AYAM dan BEBEK



Sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan di sebuah hutan pada suatu malam musim panas yang indah, seusai makan malam. Mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan tatkala mendengar suara di kejauhan.

"Kuek! Kuek!"
"Dengar", kata si istri, "itu pasti suara ayam."
"Bukan, bukan, itu suara bebek," kata si suami.
"Nggak, aku yakin itu ayam," si istri bersikeras.
"Mustahil. Suara ayam itu 'kukuruyuuuk! ' , bebek itu 'kuek! Kuek!' itu bebek, Sayang,' kata si suami dengan disertai gejala-gejala awal kejengkelan.
"Kuek! Kuek!" terdengar lagi.
"Nah, tuh! Itu suara bebek," kata si suami.
"Bukan, Sayang. Itu ayam. Aku yakin betul," tandas si istri, sembari menghentakkan kaki.
"Dengar ya! Itu a…da…lah…be…bek, B-E-B-E-K. Bebek! Mengerti?" si suami berkata dengan gusar.
"Tapi itu ayam," masih saja si istri bersikeras.
"Itu jelas-jelas bue…bek, kamu…kamu…"
Terdengar lagi suara, "Kuek! Kuek!" sebelum si suami mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.
Si istri sudah hamper menangis, "Tapi itu ayam…"
Si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, ingat kenapa ia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra, "Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok.."
"Terima kasih, Sayang," kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.
"Kuek! Kuek! Terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.
Maksud dari cerita bahwa si suami akhirnya sadar adalah siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu. Berapa banyak pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan sepele? Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal "ayam atau bebek?"
Ketika kita memahami cerita tersebut, kita ingat apa yang menjadi prioritas kita. Pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang
apakah itu ayam atau bebek. Lagi pula, betapa sering kita merasa yakin, amat sangat mantap, mutlak bahwa kita benar, namun belakangan ternyata kita salah?
Lho, siapa tahu? Mungkin saja itu adalah ayam yang direkayasa genetik sehingga bersuara seperti bebek!

"If you start judging people you will be having no time to love them....."